Widyorini R, Prayitno TA, Yudha AP, Setiawan BA & Wicaksono BH. Pengaruh konsentrasi asam sitrat dan suhu pengempaan terhadap kualitas papan partikel dari pelepah nipah. Jurnal Ilmu Kehutanan 6(1), 61-70. Widyorini R, Umemura K, Isnan R, Putra DR, Awaludin A, & Prayitno TA. Alternatively, you can also download the PDF file directly to your computer, from where it can be opened using a PDF reader. To download the PDF, click the Download link below. If you would like more information about how to print, save, and work with PDFs, Highwire Press provides a helpful Frequently Asked Questions about PDFs.
Papan partikel tanpa perekat sintesis atau binderlessboard merupakan alternatif produk ramah lingkungan yang potensial dikembangkan di Indonesia. Kelemahan produk tersebut diantaranya adalah kestabilan dimensinya yang relatif rendah. Alternatif perbaikan produk bisa dilakukan dengan menambahkan bahan pengaktif komponen kimia.
Asam sitrat memiliki tiga gugus karboksil dan diharapkan dapat membentuk ikatan ester dengan gugus hidroksil pada permukaan kayu. Penelitian menggunakan asam sitrat relatif baru dan belum banyak dikembangkan, oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk pengembangan produk biokomposit dengan menggunakan asam sitrat sebagai bahan pengikat.
Bahan yang digunakan adalah pelepah nipah dengan ukuran partikel (halus dan kasar), konsentrasi asam sitrat (0% dan 10%), dan suhu pengempaan (180ºC dan 200°C). Pengujian sifat fisika dan mekanika dilakukan berdasarkan Japanese Industrial Standard untuk papan partikel (JIS A 5908).
Penambahan asam sitrat memperlihatkan kenaikan sifat fisika (penyerapan air) dan mekanika papan partikel. Perbedaan ukuran partikel mempengaruhi sifat mekanika papan partikel dimana ukuran partikel kasar memberikan nilai mekanika yang lebih baik dibandingkan dengan ukuran partikel halus. Kualitas papan partikel optimum diperoleh pada kondisi pengempaan 180ºC, penambahan asam sitrat 10% dari partikel ukuran kasar dengan nilai pengembangan tebal 2,4%, penyerapan air 41%, kekuatan rekat internal 0,2 MPa, modulus patah 5,5 MPa, dan modulus elastisitas 1,6 GPa. Kata kunci: asam sitrat, pelepah nipah, konsentrasi asam sitrat, suhu pengempa Effect of Citric Acid Concentration and Pressing Temperature on the Quality of Particleboard from Nypa Frond Abstract Binderlessboard is one of the potential eco friendly products that can be developed in Indonesia. However, its boards usually have low in dimensional stability.
Addition of the chemical agent, such as citric acid, that can improve the dimensional stability is needed. Citric acid has three hydroxyl groups that can be ester-linked with hydroxyl groups from wood. Researches on citric acid and its utilization are relatively limited. This research focused on the development of particleboard using citric acid as bonding agent. Nypa frond was used as raw material with two different sizes of particles, namely fine and coarse particles. Addition of citric acid of 10% air-dried particles was done for improving the dimensional stability. Pressing temperature was set at 180ºC dan 200°C during 15 minutes. Physical and mechanical properties were done according to Japanese Industrial Standard JIS A 5908. Addition of citric acid could improve physical and mechanical properties of the boards.
Coarse particles provided the particleboards with better mechanical properties compared to fine particle. Boards that made from coarse particle and 10% citric acid at pressing temperature of 180ºC have optimum properties, i.e.
Thickness swelling 2.4%, water absorption 41%, internal bond strength 0.2 MPa, modulus of rupture 5.5 MPa, dan modulus of elastisity 1.6 GPa. Japanese Standard Association. Japanese Industrial Standard for Particle Board A 5908. Effects of Some Manufacturing Factors on the Properties of Particleboard manufacturing from Alder (Alnus glutinosa subsp. Turk J Agric. For 27: 99-104. Okuda N & Sato M.
Manufacture and Mechanical Properties of Binderless Boards from Kenaf Core. J Wood Sci 50: 53-61. Method of Making Composite Products from Lignocellulosic Materials. United States Patent 5017319. Subiandono E, Heriyanto NM, & Karlina E. Nipah (Nypa fruticans (Thunb.) Wurmb.) sebagai Sumber Pangan dari Hutan Mangrove. Buletin Plasma Nutfah 17(1): 52-60.
Tamunaidu P & Saka S. Chemical characterization of various parts of nipa palm (Nypa fruticans). Industrial Crops and Products 34: 1423– 1428. Umemura K, Ueda T, Munawar SS, & Kawai S.
Application of Citric Acid as Natural Adhesive for Wood. Journal of Applied Polymer Science.
DOI 10.1002/app.34708. Umemura K, Ueda T, & Kawai S. Characterization of Wood-Based Molding Bonded with Citric Acid. J Wood Sci 58: 38–45. Widyorini R, Xu J, & Watanabe T.
Chemical Changes in Steam-Pressed Kenaf Core Binderless Particleboard. J Wood Sci 51: 26–32. Widyorini R, Higashihara T, Xu J, & Watanabe T. Self-Bonding Characteristics of Binderless Kenaf Core Composites.
J Wood Sci 39: 651–662. Widyorini R, Yudha AP, & Prayitno TA. Some of Properties of Binderless Particleboard Manufactured from Bamboo. Wood Research Journal Vol.2 (2): Hlm. Widyorini R, Yudha AP. Umemura K & Kawai S.
Development of Bio-based Composite Made From Bamboo And Oil Palm Frond. Proceedings of Pacific Rim Biocomposite. November 2012. Xu J, Han G, & Kawai S. Development of Binderless Particleboard from Kenaf Core Using Steam-Injection Pressing. J Wood Sci 49: 327-332.
Copyright (c) 2012 Jurnal Ilmu Kehutanan © Redaksi Jurnal Ilmu Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Jl. Agro No 1, Bulaksumur, Sleman 55281 Telp. (0274) 512102, 550541, 6491420 Fax.
PENGARUH PENGGUNAAN ASAM ASETAT DAN EDIBLE COATING EKSTRAK BAWANG PUTIH TERHADAP KUALITAS FILLET IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN EFFECT OF ACETIC ACID AND GARLIC EXTRACT EDIBLE COATING ON RED TILAPIA (Oreochromis niloticus) FILLET QUALITY IN COLD TEMPERATURE STORAGE Muhammad Luqman Al Hakim(1), Rofandi Hartanto(1), Edhi Nurhartadi(1) (1) Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami 36A Surakarta Email: ABSTRACT This research is aimed to investigate the effect of garlic extract on edible coating and acetic acid addition to red tilapia quality and shelf life during cold storage and knowing the best concentration of garlic extract and acetic acid. This research used Completely Randomized Design (CRD) with two factors, namely, variety of acetic acid and garlic extract concentrations. The research is divided into two parts, garlic extract concentration determination and fish quality analysis with Total Plate Count (TPC), pH, moisture, Thiobarbituric Acid (TBA), Total Volatile Base (TVB), and colour assay (chromameter) during 12 days storage that is tested on day 0, 4, 8, and 12. The result shows that garlic extract minimum inhibitory concentration (MIC) is 20% and the highest concentration that is still accepted is 30%.
Red tilapia fillet soaking into acetic acid solution and garlic extract edible coating addition can inhibit physical, chemical, and microbiological damage until day 8 in storage temperature 4±1ºC. The best treatment is acetic acid with 1% concentration and garlic extract with 20% concentration. Keywords: acetic acid, edible coating, garlic extract, red tilapia, low temperature ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak bawang putih pada edible coating dan penggunaan pengawet asam asetat terhadap kualitas dan umur simpan fillet ikan nila merah selama penyimpanan suhu dingin dan mengetahui konsentrasi ekstrak bawang putih pada edible coating dan konsentrasi asam asetat yang terbaik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu variasi konsentrasi asam asetat dan ekstrak bawang putih.
Penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu penentuan konsentrasi ekstrak bawang putih yang ditambahkan pada edible coating dan pengujian kesegaran daging ikan dengan uji TPC (Total Plate Count), pH, kadar air, TBA (Thiobarbituric Acid), TVB (Total Volatile Base), dan warna (chromameter) selama 12 hari yang diuji pada hari ke-0, 4, 8, dan 12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak bawang putih adalah 20% dan konsentrasi tertinggi yang masih diterima oleh panelis adalah 30%. Perendaman fillet ikan nila merah dalam asam asetat dan pelapisan edible coating ekstrak bawang putih dapat menghambat kerusakan fisik, kimia, dan mikrobiologis sampai hari ke-8 pada suhu penyimpanan 4±1ºC. Perlakuan terbaik adalah asam asetat dengan konsentrasi 1% dan ekstrak bawang putih 20%. Kata Kunci: asam asetat, edible coating, ekstrak bawang putih, nila merah, suhu rendah PENDAHULUAN Ikan nila merah (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar potensial karena mudah dibudidayakan, rasanya yang enak digemari masyarakat luas di Indonesia, dan produksinya melimpah. Budidaya ikan nila khususnya di daerah ekskaresidenan Surakarta yang paling terkenal adalah daerah Minapolitan, Klaten. Data yang 24 dihimpun Solopos (2013) di Bidang Perikanan Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten, pada 2010 produksi ikan nila di Minapolitan mencapai 2.752 ton.
Jumlah produksi ikan tersebut meningkat hingga dua kali lipat pada 2011, yakni mencapai 5.763 ton. Pada 2012 produksi ikan nila di Minapolitan mencapai 9.131 ton. Produksi ikan nila yang menjadi ciri khas kawasan Minapolitan, Klaten, terus meningkat dari Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 1, Februari 2016 tahun ke tahun.
Hingga Juni 2013, produksi ikan di kawasan Minapolitan telah menembus 5.103 ton. Umumnya ikan nila merah disajikan dan dijual dalam bentuk ikan secara utuh ataupun potongan filet (daging tanpa tulang).
Nila merah berpotensi sebagai bahan baku fillet, karena memiliki daging tebal dengan sedikit duri dan warna daging putih bersih. Nila merah pertumbuhannya lebih cepat, mudah dikembangbiakkan, efisien pakan, resisten terhadap hama, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan (Djarijah, 1995), sehingga fillet ikan nila merah sangat potensial untuk dikembangkan terutama untuk pasar ritel di Indonesia. Daging ikan pada umumnya cepat rusak. Kerusakan dapat terjadi secara fisik, kimia, maupun secara mikrobiologis. Konsep pengawetan daging ikan yang paling mudah adalah dengan penggunaan suhu rendah selama penyimpanan. Konsep ini banyak diaplikasikan di supermarket yang menjual produk daging dingin yang dikemas dengan styrofoam dan plastik wrap.
Daging ikan hanya memiliki umur simpan kurang dari 1 hari pada suhu 38 ºC, 1 hari pada suhu 22 ºC, dan 2-7 hari pada suhu 0 ºC (suhu dingin). Pada suhu dingin (0-10 ºC) pun mikroba psikrofilik masih dapat tumbuh sehingga dapat menjadi sumber kontaminasi. Sementara menurut Buckle et al. (2010) pada suhu beku 0 ºC sampai -20 ºC ikan dapat bertahan lebih lama tetapi tidak mampu mencegah dari denaturasi protein dan ketengikan lemak. Pemakaian suhu rendah saja belum cukup untuk mempertahankan mutu fillet ikan, baik kerusakan secara kimiawi maupun mikrobiologi.
Penggunaan suhu rendah dapat digabungkan dengan metode pengemasan. Pengemasan merupakan salah satu cara untuk menghambat kerusakan denaturasi protein dan ketengikan lemak. Pengemasan yang mudah, aman, murah, dan dapat dikonsumsi adalah edible coating. Edible coating merupakan cara pengemasan yang bersifat biodegradable yang mampu mencegah daging ikan (fillet) kontak dengan udara bebas yang mengakibatkan kerusakan lemak secara oksidatif. Penggunaan edible coating dapat digabungkan dengan penambahan antimikroba seperti ekstrak bawang putih.
Pada beberapa penelitian, antimikroba dari ekstrak bawang putih dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menurunkan kualitas daging selama penyimpanan. Selain penggunaan antimikroba dalam edible coating, pada penelitian ini diaplikasikan perendaman fillet dalam pengawet asam asetat yang berfungsi untuk menurunkan pH, sehingga mikroba psikrofilik (umumnya tidak tahan pada pH yang asam) pertumbuhannya akan terhambat.
Asam asetat digunakan karena merupakan antimikroba, aman bagi tubuh, dan tidak memiliki batasan maksimum. Penelitian ini menggunakan hurdle concept, yaitu penggabungan beberapa faktor untuk pengawetan bahan pangan. Antara lain penurunan pH (pengasaman), senyawa antimikroba, kemasan edible coating, dan penyimpanan suhu dingin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan konsentrasi penambahan ekstrak bawang putih pada edible coating dan penggunaan pengawet asam asetat terhadap kualitas dan umur simpan fillet ikan nila merah selama penyimpanan suhu dingin. METODE PENELITIAN Bahan Ikan nila merah (didapatkan Polanharjo, Klaten), Asam asetat (teknis), tepung tapioka, - gliserol -,Kemudian bawang putih (Allium sativum),bakteri Pseudomonas fluorescens FNCC 0071, media Nutrient Agar (NA), dan Nutrient Broth (NB). Bahan Analisis TVB (Total Volatile Base), TBA (Thiobarbituric Acid), TPC (Total Plate Count). Buffer pH 4 dan 7.
Alat Pisau, juicer Miyako JE-507, gelas beker Pyrex 100 ml, 250 ml, 500 ml, dan 1000 ml, pengaduk, pemanas, magnetic stirrer, cawan petri, jarum inokulasi, kertas uji organoleptik, alat tulis, inkubator, wadah fillet (plastik wrap dan styrofoam), timbangan Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 1, Februari 2016 25 analitik kepekaan 0,1 mg, blender, blender jari kapasitas 100 ml, stopwatch, erlenmeyer 250 ml, corong, kertas saring, gelas ukur 100 ml, pipet Pyrex skala 1 ml, 5 ml, 10 ml, cawan Conway diameter 6 cm dan tutupnya, inkubator, buret 2 ml skala 0,05 ml, spektrofotometer Shimadzu, blender, labu destilasi, pipet volume, penangas air, tabung reaksi, pipet mikro, blender, petridish, vortex, botol media, colony counter, pembakar bunsen, inkubator, autoclave, dan refrigerator, pH meter, Konika Minolta CR400/41 Chromameter, oven, cawan porselen, penjepit, dan desikator.
Ditentukan dengan pengujian aktivitas antimikroba dengan metode Difusi Agar Kertas Cakram. Konsentrasi ekstrak bawang putih (v/v) yang akan diuji adalah 0%, 15%, 20%, dan 25%. Pengujian menggunakan bakteri Pseudomonas fluorescens FNCC 0071. Konsentrasi tertinggi/maksimum ditentukan dengan uji organoleptik metode kesukaan dan perbandingan jamak setelah KHM didapatkan. Uji ini mengamati penampakan fisik meliputi aroma, rasa, dan warna.
Tahapan Penelitian Fillet ikan nila merah direndam ke dalam larutan asam asetat selama 15 menit, setelah itu dicelupkan ke dalam larutan edible coating dua kali lalu dikeringkan-anginkan dengan pengering. Kemudian sampel diletakkan ke dalam Styrofoam dan ditutup dengan plastik wrap. Kemudian sampel disimpan pada refrigerator dengan suhu 4ºC ±1 dan dianalisis pada waktu yang telah ditentukan.
Pembuatan Fillet Ikan Nila Merah Ikan nila merah yang dipilih adalah ikan dengan berat 500 – 600 gram per ikan. Ikan nila merah dihilangkan kulit sisiknya dan daging dipotong secara vertikal tegak lurus dengan tulang belakang ikan. Kemudian dicuci dengan air mengalir. Daging ikan (fillet) nila merah yang sudah dibersihkan dengan air mengalir, lalu dipotong dengan berat 25 – 30 gram per potong. Pembuatan Ekstrak Bawang Putih Ekstrak bawang putih didapatkan dari proses pengupasan kulit, pembersihan dengan alkohol 70%, penyinaran UV selama 30 menit, kemudian penghancuran dan penyaringan dengan juicer. Pembuatan Larutan Edible Coating Ekstrak Bawang Putih Larutan edible coating dibuat dari tepung tapioka (5% v/v), gliserol (2% v/v), akuades, dengan pemanasan pada suhu 70°C selama 30 menit kemudian ditambahkan ekstrak bawang putih dengan berbagai konsentrasi.
Penentuan Konsentrasi Ekstrak Bawang Putih Pada Edible Coating Penentuan konsentrasi dibagi dua yaitu konsentrasi terendah dan konsentrasi tertinggi. Konsentrasi terendah atau Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) 26 Aplikasi Asam Asetat dan Edible Coating Ekstrak Bawang Putih pada Fillet Ikan Nila Merah Pengujian Kualitas dan Kerusakan Fillet Ikan Nila Merah Sampel fillet ikan nila kontrol dan sampel telah diberi perlakuan perendaman variasi konsentrasi asam asetat dan variasi konsentrasi ekstrak bawang putih pada edible coating, disimpan pada suhu dingin (4ºC ±1) kemudian dianalisis pada hari ke-0, 4, 8, dan 12. Metode analisis antara lain uji TPC, pH, kadar air, TBA, TVB, dan warna. Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yaitu variasi konsentrasi asam asetat (A) dan variasi konsentrasi ekstrak bawang putih (B) pada edible coating dengan dua kali ulangan sampel dan ulangan analisis. Sedangkan sampel kontrol tidak diberi ekstrak bawang putih pada edible coating maupun perendaman asam asetat. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan One Way Analysis of Variance (ANOVA) dengan Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 1, Februari 2016 α = 0,05.
Jika terdapat perbedaan (α.